Peraturan Sederhana

Kamis, 7 Desember 2017 sekitar pukul 15.20 Saya terduduk di bangku KRL jurusan Bogor-Jatinegara. Saya akan turun di Stasiun Duri untuk transit dan melanjutkan perjalanan ke Tangerang. Alhamdulillah krl tidak terlalu ramai. Saya bisa mendapatkan tempat duduk setidaknya untuk beberapa saat. 

Saya gak akan cerita detil proses perjalanan Bogor-Tangerang dengan krl karena akan sangat membosankan. Tapi Saya ingin ceritakan satu hal menarik yang terjadi bahkan sebelum kereta itu beranjak dari stasiun Bogor.

Dihadapan saya duduk 3 wanita yang saya kategorikan sudah tua. Karena yaahh kerutan yang terlihat jelas diwajah mereka. Mungkin usianya sudah lebih dari 45 tahun. Ketiganya sudah ada saat saya masuk ke gerbong khusus wanita. Tengah menikmati camilan tapi Saya tidak tau persis apa. Yang jelas dibungkus di kantong plastik.

Wanita paling kiri berbaju abu, yang tengah berbaju polkadot hitam, yang paling kanan berbaju hijau.

Kereta masih menunggu penumpang lain datang. Petugas kebersihan tengah mengepel lantai gerbong kemudian berdiri di dekat pintu masuk. Cukup dekat dengan tempat saya duduk. 

Tak lama, satu dari 3 wanita itu yang berbaju hijau dan duduk dekat pintu keluar-masuk kereta, membuang plastik bekas camilan di lantai dekat pintu kereta. Bahkan sebelum beliau membuang sampah itu SEMBARANGAN, beliau sempat melirik petugas kebersihan yang sedang mengarahkan pandangannya ke luar. Seolah memastikan perbuatannya tidak ketahuan. Ketika aksinya berhasil, beliau bersikap normal. Act like nothing happened. 

Sudah selesai? Belum! Kali ini dilakukan oleh orang yang berbeda tapi dalam kelompok yang sama. Wanita berbaju abu. Saya tidak tau persis hal ini tapi intinya gumpalan tisu jatuh dari tempatnya duduk. Saat itu petugas kebersihan melihat dan hendak menghampiri. Benar saja petugas itu datang dan memungut sampah itu. 

Ibu dengan baju polkadot kemudian menggumamkan sesuatu. Seperti memarahi Ibu berbaju abu untuk tidak membuang sampah sembarangan namun Ibu berbaju abu itu menyanggah dengan mengatakan tisu tersebut tak sengaja jatuh.

Tapi kenapa tidak dipungut wahai Ibu? Oh ini hanya batinku yang bicara. 

Petugas kebersihan itu kemudian memungut tisu dan plastik bekas cemilan. Kurasa petugas itu ingin menegur but you know sometimes elderly has kind of  'power', apalagi perempuan kan yaaa agak sensitif. I admit it that we (woman) are really sensitive. Lebih mudah kesulut gitu amarahnya. Takut-takut jadi ada perdebatan. Ingin mengingatkan tapi takut memunculkan masalah baru yang seharusnya tidak ada ( ini sesungguhnya yang ada dipikiranku ketika Saya ingin menegur). 

Well, I'm not going to talk about the effect for environment. No. Dampak membuang sampah sembarangan pasti sudah melekat di otak kita tanpa perlu mencari lewat Google. 

But, this is about how you respect the others! 

Petugas kebersihan itu memang ada untuk membersihkan kereta. Mereka ada untuk memberikan kenyaman pada penumpangnya. Tapi kalau rasa tidak nyaman di kereta disebabkan oleh penumpang itu sendiri, bagaimana? Apakah petugas kebersihan yang selalu bertanggung jawab? Untuk apa larangan membawa hewan, duduk di lantai kereta dan salah satunya larangan membuang sampah sembarangan di tempel di tiap pintu kereta? 

'yaudah sih itu kan tugas mereka. Kalo gak gitu mereka gak kerja dong.' Mungkin ada yang mikir kayak gini.

Cuy, fasilitas umum itu milik bersama. Ada atau tidaknya petugas kebersihan, sudah menjadi keharusan buat kita untuk bertanggung jawab atas sampah yang kita bawa. Menjadi tanggung jawab kita untuk mematuhi peraturan demi kenyamanan bersama. 

Saya tidak menyangkal kalau hal seperti itu baru terjadi kali ini. Pasti ada orang yang lebih sering melihat 'peraturan sederhana' ini dilanggar orang lain. 

Kalau kita bisa membantu orang lain meringankan pekerjaan mereka, Saya yakin pahala balasannya. Toh, menyimpan sampah untuk beberapa saat dan membuangnya di tempat yang seharusnya tidak akan menghilangkan harga diri kan?



Komentar